Anies Rasyid Baswedan, Kulihat Pelangi Di Matamu

  • Whatsapp


Abdisuara.com,Medan- 
Di malam yang tua dulu ketika  Copernicus dan Lucretius duduk disamping Lintang, ketika angka-angka dan huruf menjelma menjadi kunang-kunang yang berkelap-kelip, saat itu Tuhan menyemaikan biji zarah kecerdasan, zarah yang jatuh dari langit dan menghantam kening Lintang.

Oleh: Abdul Aziz ST , Pemerhati sosial dan lingkungan.

Sejak hari perkenalan dulu, aku sudah terkagum-kagum pada Lintang. Anak pengumpul kerang ini pintar sekali. Matanya menyala-nyala memancarkan intelegensi, keingintahuan menguasai dirinya. Jarinya tak pernah berhenti mengacung tanda ia bisa menjawab.

Ketika kami masih gagap  menjumlahkan angka-angka genap ia sudah terampil mengalikan angka-angka  ganjil.
” 13 kali 6 kali 7 tambah 83 kurang 39!” tantang Bu Mus di depan kelas.
Lalu kami tergopoh-gopoh membuka karet  yang mengikat segenggam lidi, untuk mengambil tiga belas lidi, mengelompokkan menjadi enam tumpukan,susah payah menjumlahkan semua tumpukan.
Sementara Lintang, tidak memegang sebatang lidi pun, tidak berfikir dengan cara yang biasa, hanya memejamkan matanya sebentar, tak lebih dari 5 detik ia bersorak,”590!”
Tidak sebiji pun meleset, meruntuhkan semangat kami”Superb! Anak pesisir, Superb! puji Bu Mus. Beliau tergoda  untuk menjangkau batas daya pikir Lintang.”18 kali 14 kali 24 tambah 11 tambah 14 kali 16 kali 7!”

Kami berkecil hati, termangu menggenggam lidi, kurang dari tujuh detik, tanpa membuat catatan apa pun, tanpa keraguan, tanpa tergesa-gesa, bahkan tanpa berkedip, Lintang berkumandang. “651.952!”

Purnama! Lintang, bulan purnama di atas Dermaga Olivier, indah sekali! Itulah jawabanmu, kemana kau bersembunyi selama ini…? Ibu Mus bersusah payah menahan tawanya.Ia menatap Lintang seolah telah seumur hidup mencari murid seperti ini. (Andrea Hirata) dalam Novel Laskar Pelangi.

Pelangi seringkali dilihat sebagai simbol keberuntungan, janji dan harapan.
Pelangi merupakan  tanda perlindungan dan Rahmat Allah. Pelangi biasanya muncul setelah hujan, ia  mengajarkan kepada kita setelah kesedihan pasti ada kebahagiaan.

Fhoto bersama H. Hasban Ritonga Sekda Sumut 2915-2017

Tidak berapa lama  lagi, dalam hitungan hari masyarakat Indonesia akan  menghadapi perhelatan Akbar yakni Pemilu serentak pada tanggal 14 Februari 2024.

Dalam situasi seperti ini eskalasi politik akan mengalami turbulensi.
Turbulensi merupakan golakan massa udara yang bergerak secara tidak beraturan ke segala arah dan sering mengakibatkan goncangan selama penerbangan.

Dalam konteks ke Indonesia-an saat ini kita memasuki turbulensi politik.
Tahun 2024 adalah batu ujian besar  bagi bangsa Indonesia, apakah mampu belajar dari sejarah masa lalu, atau malah membiarkan diri ini, bangsa ini terperosok dalam lubang yang sama.

” Dalam politik perlu ada kepemimpinan moral agar supaya tidak  disetir  oleh kepentingan-kepentingan pragmatis.
Bahwa kepemimpinan moral diharapkan untuk menjadikan pemilu 2024 lebih bermartabat.

Kepemimpinan moral akan melahirkan arah dan visi kebangsaan yang jelas, sehingga kontestasi politik tak hanya berupa ajang mencapai kekuasaan semata.
” Tetapi didalamnya ada visi kebangsaan apa yang mau dihadirkan, diwujudkan, dan berangkat dari fondasi yang diletakkan para pendiri bangsa”.

Menjangkau Batas Daya Fikir

Dalam perdebatan  yang sudah berlangsung beberapa kali, rakyat Indonesia telah disuguhi berupa gagasan, visi misi masing-masing pasangan Capres, Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo.
Menarik dalam pernyataannya Anies berkomitmen untuk menjaga  kebebasan berpendapat bagi semua masyarakat Indonesia, kita tidak izinkan orang takut berpendapat.
Maka itu muncul istilah Wakanda no more, Indonesia forever ( Tak ada lagi Wakanda, Indonesia selamanya).

Indonesia Will be present and Indonesia Will color the world and Indonesia absence no more, respected forever.

Indonesia akan hadir  serta mewarnai dunia. Termasuk juga akan dihormati selamanya.

Semua sudah jelas tergambar dari masing-masing pasangan calon sekarang, ya sekarang rakyatlah yang menentukan pilihan dengan cerdas, apakah ingin Indonesia berubah, ini semua terpulang kepada kita semua, namun Allah sudah membukakan kesempatan, tinggal kita yang menentukan, Wallahu alam bI shawab. (A)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *